Sabtu, 24 Januari 2009

Presiden Barack Hussein Obama

Rabu, 2009 Januari 21




Barack Hussein Obama akhirnya dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-44 di Capitol Hill, Washington D.C. dihadapan sekitar dua juta orang yang memadati National Mall. Dialah Presiden AS yang paling fenomenon, presiden berkulit hitam pertama di AS yang menjadi anomali bagi doktrin politik WASP (White – Anglo Saxon – Protestant). Dalam sejarah pemilihan presiden AS, belum pernah ada seorang calon presiden AS yang juga begitu diharapkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia seperti Obama. Dengan modal pembawaannya yang percaya diri namun tenang, murah senyum, dan kemampuannya dalam berorasi, serta janjinya untuk melakukan perubahan, dia telah menjadi inspirasi bagi banyak orang yang menempatkan dirinya sebagai simbol demokrasi, persamaan, dan perubahan, bahkan saat ini dia telah menjadi selebritis dan magnit bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Satu lagi kelebihan Obama dibanding para presiden pendahulunya dan pemimpin lainnya adalah kejeliannya memanfaatkan media internet untuk menjaring dukungan maupun dana. Bahkan tidak itu saja, hingga kini, Obama dan first lady Michelle serta tim kampanyenya tetap mengintensifkan jalinan komunikasi dengan para pendukung dan simpatisannya, baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Sebagai salah satu buktinya, saya yang bukan warga AS dan tidak bisa ikut memilih dalam US Election, sejak masa kampanye hingga kini masih menerima informasi melalui e-mail dan webcam mengenai kegiatan-kegiatan Obama dan Michelle.
AS, setelah Uni Soviet runtuh, suka atau tidak suka, harus kita akui adalah penguasa dunia saat ini. Namun, Obama sebagai seorang Master Hukum lulusan Universitas Harvard dan aktivis Partai Demokrat yang gigih memperjuangkan demokrasi, diyakini akan menjadi figur pemimpin dunia yang tegas, namun santun. Dengan latar belakangnya yang penuh dengan warna, pria yang lahir di Hawaii dari rahim seorang wanita berkulit putih dan seorang ayah berkulit hitam asal Kenya dan di masa kecilnya sempat tinggal di Jakarta ini, diyakini akan lebih luwes berdiplomasi dalam pergaulannya di dunia internasional.
Sejak hari ini, Obama telah mempunyai kewenangan untuk mulai merealisasikan misi dan janji-janjinya. Dalam bidang politik, dia berjanji akan mengubah wajah pemerintahan AS yang saat ini sangat militeristik menjadi sebuah pemerintahan demokratis yang lebih mengedepankan jalur diplomasi dalam kebijakan luar negerinya. Kongkritnya, dia akan menarik tentara AS dari Irak, menutup penjara Guantanamo di Kuba, melakukan diplomasi dengan para pemimpin negara-negara penentang AS seperti Iran, serta janjinya yang terbaru, yakni mengupayakan perdamaian di Palestina. Bahkan dalam 100 hari pertama pemerintahannya, konon dia juga berniat untuk melakukan kunjungan pertama dan berpidato di negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, negeri masa kecilnya yang sangat dia rindukan, Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, Obama juga menjanjikan upaya pemulihan krisis ekonomi yang melanda AS dan dunia. Konkritnya, dia akan mendesak Kongres AS, yang saat ini juga dikuasai oleh para koleganya dari Partai Demokrat, untuk menyetujui paket stimulus sebesar US$825 miliar. Menurut rencana, sebesar US$550 miliar akan digunakan untuk menggerakkan investasi dan sebesar US$275 miliar untuk melakukan tax cut atau pemotongan pajak bagi para buruh dan masyarakat berpenghasilan rendah di satu sisi, dan di sisi lain menaikkan tarif pajak bagi orang pribadi yang berpenghasilan di atas USD 250,000 per tahun.

Obama bukanlah mesiah atau nabi, dia hanyalah manusia biasa yang ingin melakukan perubahan. Sebagai Presiden dari negeri yang multi etnis, ras, dan keyakinan, dia juga harus mengakomodasi berbagai kepentingan rakyatnya yang berkulit putih maupun hitam, beragama nasrani maupun yahudi, namun setidaknya dia telah memberikan secercah harapan untuk perubahan wajah AS menjadi negara yang lebih demokratis, bersahabat, dan santun.
Diposkan oleh adnan di 01:03 5 komentar

Tragedi Gaza

Sabtu, 2009 Januari 10

Tragedi Jalur Gaza

Dua pekan sudah Izrael memborbardir Jalur Gaza, sedikitnya 800 orang telah kehilangan nyawa, sebagian diantaranya adalah anak-anak dan wanita yang tidak berdosa, dan masih ada 3.300 orang yang terluka. Demikian kata Kepala Pelayanan Darurat Gaza, dr. Muawiya (Kompas, Jumat, 9/1). Sebagian besar korban adalah warga sipil, hanya sebagian kecil anggota HAMAS yang konon menjadi target yang sesungguhnya dari agresi militer Izrael kali ini. Sedangkan di pihak Israel, 10 tentara tewas dalam agresinya ke jalur Gaza, 3 diantaranya adalah korban friendly fire atau korban salah tembak oleh temannya sendiri, dan tiga warga sipil tewas karena roket dan mortir yang ditembakkan dari Gaza sejak awal serangan.
Izrael berdalih, agresi militer tersebut mereka lakukan dengan tujuan untuk menghentikan serangan roket yang dilakukan oleh Pejuang HAMAS ke Israel. Agresi tersebut mereka lakukan dengan misi untuk melindungi warganya dari serangan roket dan mortir HAMAS. Agresi tersebut direstui oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS), negeri penguasa dunia yang masih dipimpin oleh Goerge Walker Bush. Sedangkan Presiden terpilih Barack Hussein Obama belum bisa berbuat banyak, namun setidaknya dia telah menyatakan keprihatinannya dan berjanji untuk memprioritaskan perdamaian di Palestina ketika resmi dilantik menjadi Presiden AS tanggal 20 Januari nanti.
Saya seorang muslim yang mencintai agama dan saudara seiman, semua keluarga dan teman saya yang muslim sedang bersedih dan terluka melihat penderitaan saudara seimannya di Palestina, namun saya juga punya dua orang sahabat yang kebetulan orang Yahudi dan Nasrani yang justru mendukung agresi militer Izrael tersebut dengan alasan pejuang HAMAS yang lebih dulu menyerang dengan roket dan mortir yang telah membunuh warga Izrael dan mengancam keselamatan warga Izrael lainnya. Dalihnya, mereka hanya membela diri. Hingga kini, 3 nyawa warga Izrael dibalas dengan 800 nyawa warga Palestina.
Begitulah, perang tidak akan pernah menyelesaikan masalah, malah akan menambah masalah baru, dan yang menjadi korban dan paling menderita adalah warga sipil, bukan pejuang HAMAS maupun pasukan Izrael. Tak ada yang bisa kita lakukan saat ini selain berdoa untuk para syuhada di Jalur Gaza, memberikan bantuan obat-obatan dan kebutuhan pokok, serta mendesak PBB dan para pemimpin dunia untuk mengupayakan gencatan senjata dan perdamaian diantara kedua belah pihak. Percayalah, tiada sesuatu peristiwa apapun tanpa seijin Allah, pasti ada hikmah positif di balik semua ini.

Diposkan oleh adnan di 05:36 4 komentar